Kembali
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
- Sruti berarti
"yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah
kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,
Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad
terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan
Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad
berjumlah sekitar 108 buah.
- Smerti berarti
"yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah
kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis
berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang
ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum,
sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral
yang terdapat dalam kitab Sruti.
Kitab Regweda dalam aksara
Dewanagari dari abad ke-19.
Krishna Dwaipayana Wyasa, seorang
Maharesi yang mengklasifikasi kitab Weda.
Weda
Weda merupakan kitab suci yang
menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di
dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu".
Kata Weda berarti "pengetahuan". Para Maha Resi yang menerima wahyu
Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut
Saptaresi. Ketujuh Maha Resi tersebut yakni:
1.
Resi Gritsamada
2.
Resi Wasista
3.
Resi Atri
4.
Resi Wiswamitra
5.
Resi Wamadewa
6.
Resi Bharadwaja
7.
Resi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan
kepada para Maha Rsi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan
tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak
hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi
lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India
dari zaman ke zaman, tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat
dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara
sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan
oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat
muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan
Bagawan Sumantu.
Setelah penyusunan dilakukan,
ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut
Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
1.
Regweda Samhita
2.
Ayurweda Samhita
3.
Samaweda Samhita
4.
Atharwaweda Samhita
Keempat kitab tersebut disebut
"Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang
merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".
Bhagawadgita
Bhagawadgita merupakan suatu bagian
dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab
Mahabharata, yang berisi percakapan antara Sri Kresna dengan Arjuna menjelang
Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan
kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah
dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang.
Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana yang salah,
Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama.
Kresna yang memilih menjadi kusir
kereta Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan
kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang
salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang
sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.
Bhagawadgita terdiri dari delapan belas
bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang
diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan
suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Salah satu ilustrasi dalam kitab
Warahapurana.
Sebuah ilustrasi dalam kitab
Mahabharata, salah satu Itihasa (wiracarita Hindu).
Purana
Purana adalah bagian dari
kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu.
Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno".
Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM.
Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Adapun kedelapan
belas kitab tersebut yakni:
1.
Matsyapurana
2.
Wisnupurana
3.
Bhagawatapurana
4.
Warahapurana
5.
Wamanapurana
6.
Markandeyapurana
7.
Bayupurana
8.
Agnipurana
9.
Naradapurana
|
1.
Garudapurana
2.
Linggapurana
3.
Padmapurana
4.
Skandapurana
5.
Bhawisyapurana
6.
Brahmapurana
7.
Brahmandapurana
8.
Brahmawaiwartapurana
9.
Kurmapurana
|
Itihasa
Itihasa adalah suatu bagian dari
kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria
Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan
cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan
Brahman. Kitab Itihasa disusun oleh para Resi dan pujangga India masa lampau,
seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua,
yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitab lainnya
Selain kitab Weda, Bhagawadgita,
Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya
seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa,
Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab
Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu
sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara
pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur
tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastra
memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang
baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi
tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan
peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan
datangnya suatu musim.
Karakteristik
Ritual Keagamaan Hindu di Candi
Prambanan, Yogyakarta, Indonesia.
Dalam agama Hindu, seorang umat
berkontemplasi tentang misteri Brahman dan mengungkapkannya melalui mitos yang
jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui penyelidikan filosofis. Mereka
mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese
atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui
cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya
sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma (Ahimsa) yang
kekal abadi.
Menurut kepercayaan para
penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan sendiri, yang turun
atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan
Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu.
Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah
kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan
untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia telah mencapai
kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu Tuhan bukan
hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu Tuhan
yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang
kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi,
tentang hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia
lahir dan mau ke mana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya
manusia hidup ke dunia.