Kembali
Beriman kepada para nabi dan rasul ‘alaihimus salaam adalah salah satu rukun iman. Mereka adalah penghubung antara Allah subhanahu wa ta’ala dan hamba-Nya dalam kehidupan beragama. Melalui merekalah kebenaran, petunjuk, dan agama yang benar sampai kepada seluruh hamba.
Beriman kepada para nabi dan rasul ‘alaihimus salaam adalah salah satu rukun iman. Mereka adalah penghubung antara Allah subhanahu wa ta’ala dan hamba-Nya dalam kehidupan beragama. Melalui merekalah kebenaran, petunjuk, dan agama yang benar sampai kepada seluruh hamba.
Makna beriman kepada para nabi
dan rasul ‘alaihimus
salaam adalah:
1. Mengimani dengan keyakinan
yang pasti bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala benar-benar telah
mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang bertugas mengajak kaumnya untuk
beribadah hanya kepada Allah subhanahu
wa ta’ala satu-satunya tiada
sekutu bagi-Nya, dan mengajak kaumnya untuk mengingkari segala sesuatu yang
diibadahi selain Allah subhanahu
wa ta’ala.
2. Meyakini bahwa para rasul
semuanya adalah jujur, mulia, dan terbimbing dengan hidayah dari-Nya.
3. Meyakini bahwa para rasul telah
menyampaikan semua wahyu yang mereka terima dari Allah subhanahu wa ta’ala, tidak menyembunyikannya sedikitpun,
dan tidak pula berdusta. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
“Maka tidak ada kewajiban atas
para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu, maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).” (An-Nahl:
35-36).
Diutusnya Nabi dan Rasul adalah
Nikmat bagi Umat Manusia
Manusia sangat butuh terhadap
para rasul, keberadaan mereka adalah nikmat bagi umat manusia. Urusan mereka
tidak akan teratur tanpa bimbingan dari para rasul. Demikian pula agama mereka,
tidak akan benar tanpa bimbingan para rasul. Kebutuhan manusia terhadap para
rasul lebih besar daripada kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman.
Karena Allah subhanahu
wa ta’ala menjadikan para
rasul itu sebagai penghubung antara Dia dengan hamba-Nya. Merekalah yang
mengenalkan umat manusia tentang Allah subhanahu
wa ta’ala, menunjukkan
hal-hal yang bermanfaat dan yang merugikan bagi mereka, menerangkan rincian
syari’at, halal-haram, perbuatan-perbuatan yang dicintai dan dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak ada jalan untuk mengetahui hal
itu kecuali melalui para nabi dan rasul. Akal manusia tidak bisa mengetahui
rincian hal-hal tersebut, walaupun mungkin bisa mengetahui sebagian kecilnya,
itu pun secara global.
Maka dari itu, kebutuhan umat
manusia terhadap risalah jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan orang sakit
terhadap kehadiran dokter. Apabila dokter tidak ada, maksimal si sakit akan
tertimpa mudarat pada badannya. Namun apabila risalah tidak ada maka manusia
akan tertimpa mudarat pada hatinya, demikian pula penduduk bumi tidak akan bisa
eksis keberadaannya kecuali apabila risalah yang dibawa oleh para rasul masih
diterapkan. Apabila risalah rasul sudah tidak ada sama sekali di muka bumi,
maka akan Allah subhanahu
wa ta’ala timpakan kiamat
terhadap alam semesta.
Perbedaan Nabi dan Rasul
Para ulama berbeda-beda dalam
menyimpulkan perbedaan antara nabi dan rasul, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Nabi adalah seorang pria
merdeka yang menerima wahyu dari Allah subhanahu
wa ta’ala akan tetapi tidak
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada yang lain. Adapun rasul adalah
seorang pria merdeka yang menerima wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala dan diperintahkan untuk
menyampaikannya kepada umatnya.
2. Nabi adalah seorang pria
merdeka yang diperintahkan oleh Allah untuk menyeru (berdakwah) kepada syari’at
rasul sebelumnya, dia tidak menerima wahyu baru. Adapun rasul adalah seorang
pria merdeka yang diutus oleh Allah subhanahu
wa ta’ala dengan syari’at
yang baru.
3. Nabi adalah seorang pria
merdeka yang menerima wahyu dari Allah subhanahu
wa ta’ala berupa syari’at dan
berkewajiban menyampaikannya kepada umat yang beriman. Sedangkan rasul adalah
seorang pria merdeka yang menerima wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala berupa syari’at dan berkewajiban
menyampaikannya kepada umat, dan diutus kepada umat yang menentang.