Kembali
Kemudian untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan:
1. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada bulan Ramadhan, beliau menjawab:
Kemudian untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan:
1. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada bulan Ramadhan, beliau menjawab:
مَا كَانَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلاَ
فِيْ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ...
"Tidaklah (Rasulullah n)
melebihkan (jumlah rakaat) pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada selain bulan
Ramadhan dari 11 rakaat." (HR. Al-Imam Al-Bukhari)
‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha dalam hadits di atas mengisahkan tentang jumlah rakaat
shalat malam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah beliau saksikan
sendiri yaitu 11 rakaat, baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya.
"Beliaulah yang paling mengetahui tentang keadaan Nabi shallallahu alaihi
wasallam di malam hari dari lainnya." (Fathul Bari, 4/299)
Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: "(Jumlah) rakaat
(shalat tarawih) adalah 11 rakaat, dan kami memilih tidak lebih dari (11 rakaat)
karena mengikuti Rasulullah n, maka sesungguhnya beliau shallallahu alaihi
wasallam tidak melebihi 11 rakaat sampai beliau shallallahu alaihi wasallam
wafat." (Qiyamu Ramadhan, hal. 22)
2. Dari Saaib bin Yazid beliau
berkata:
أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ
كَعْبٍ وَتَمِيْمًا الدَّارِيَّ أَنْ يَقُوْمَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ
رَكْعَةً
"’Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu memerintahkan pada Ubai bin Ka’b dan Tamim Ad-Dari untuk
memimpin shalat berjamaah sebanyak 11 rakaat." (HR. Al-Imam Malik, lihat
Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqani, 1/361 no. 249)
Asy-Syaikh Nashiruddin
Al-Albani rahimahullah berkata dalam Al-Irwa (2/192) tentang hadits ini:
"(Hadits) ini isnadnya sangat shahih." Asy-Syaikh Muhammad
Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: "Dan (hadits) ini merupakan nash yang
jelas dan perintah dari ‘Umar z, dan (perintah itu) sesuai dengannya
radhiyallahu ‘anhu karena beliau termasuk manusia yang paling bersemangat dalam
berpegang teguh dengan As Sunnah, apabila Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam tidak melebihkan dari 11 rakaat maka sesungguhnya kami berkeyakinan
bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu akan berpegang teguh dengan jumlah ini (yaitu 11
rakaat)." (Asy-Syarhul Mumti’)
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa shalat tarawih itu jumlahnya 23 rakaat adalah pendapat yang lemah karena
dasar yang digunakan oleh pemegang
pendapat ini hadits-hadits yang lemah. Di antara hadits-hadits tersebut:
1. Dari Yazid bin Ruman beliau berkata:
1. Dari Yazid bin Ruman beliau berkata:
كَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ فِيْ زَمَانِ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِيْ رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً
"Manusia menegakkan
(shalat tarawih) di bulan Ramadhan pada masa ‘Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu 23 rakaat." (HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a
Syarh Az-Zarqaani, 1/362 no. 250)
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah berkata: "Yazid bin Ruman tidak menemui
masa ‘Umar radiyallahu 'anhu". (Nukilan dari kitab Nashbur Rayah, 2/154)
(maka sanadnya munqothi/terputus, red).
Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah men-dha’if-kan hadits ini sebagaimana dalam Al-Irwa (2/192 no. 446).
Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah men-dha’if-kan hadits ini sebagaimana dalam Al-Irwa (2/192 no. 446).
2.
Dari Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Hakam dari Miqsam dari Ibnu ‘Abbas
radiyallahu 'anhu :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّى فِيْ رَمَضَانَ عِشْرِيْنَ رَكَعَةَ وَالْوِتْرَ
"Sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wasallam shalat di bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir."
(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath, 5/324 no. 5440 dan 1/243 no. 798,
dan dalam Al-Mu’jamul Kabir, 11/311 no. 12102)
Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah
berkata: "Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Hakam kecuali Abu
Syaibah dan tidaklah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas kecuali dengan sanad ini
saja." (Al-Mu’jamul Ausath, 1/244)
Dalam kitab Nashbur Rayah (2/153) dijelaskan: "Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman adalah perawi yang lemah menurut kesepakatan, dan dia telah menyelisihi hadits yang shahih riwayat Abu Salamah, sesungguhnya beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha : "Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadhan? (yaitu dalil pertama dari pendapat yang pertama)." Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu). (Adh-Dha’ifah, 2/35 no. 560 dan Al-Irwa, 2/191 no. 445)
Dalam kitab Nashbur Rayah (2/153) dijelaskan: "Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman adalah perawi yang lemah menurut kesepakatan, dan dia telah menyelisihi hadits yang shahih riwayat Abu Salamah, sesungguhnya beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha : "Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadhan? (yaitu dalil pertama dari pendapat yang pertama)." Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu). (Adh-Dha’ifah, 2/35 no. 560 dan Al-Irwa, 2/191 no. 445)
Sebagai penutup kami mengingatkan tentang kesalahan
yang terjadi pada pelaksanaan shalat tarawih yaitu dengan membaca dzikir-dzikir
atau doa-doa tertentu yang dibaca secara berjamaah pada tiap-tiap dua rakaat
setelah salam. Amalan ini adalah amalan yang bid’ah (tidak diajarkan oleh nabi
shallallahu 'alaihi wassallam).