Kembali
Zoroastrianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster ( majusi ). Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana".
Zoroastrianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster ( majusi ). Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana".
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
ZOROASTRIANISME
Zarathustra menurut
lukisan Mazhab Athena.
Zarathustra atau Zoroaster
adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar
abad ke-6 SM .Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia adalah seorang
imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya, agama yang ada di Iran
(Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan
animisme Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang
berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan.Oleh sebab itu,
oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama
tradisional. Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk
menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia
berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual.
Zarathustra ingin
memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang
berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima
sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian
membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura
Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu
yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan
kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan
Ia pun akhirnya
memutuskan untuk melarikan diri dan pergi ke Chorasma atau (Qarazm). Pada tahun
618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron
Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Barulah Zoroastrianisme
mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi pengikutnya.
Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika Islam berkuasa di Persia tahun
636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami kemunduran. Banyak penduduk
Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam. Sekelompok pemeluk
Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di Bombay Di sana mereka
dikenal dengan sebutan orang-orang Parsi.
AJARAN AJARANNYA
konsep ketuhanan
Di dalam ajaran
Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu
Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah
ditujukan hanya kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya
Ahura Mazda yang harus disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional
masyarakat Iran yang kuat dengan pengaruh politeisme.
Zoroastrianisme
mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang
bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan kebaikan dan kejahatan. Dalam tradisi
Zoroastrianisme, yang jahat diwakili oleh Angra Mainyu atau Ahriman, sedangkan
yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih akan
berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama hidupnya. Akan tetapi, dengan
paham dualisme ini tidak berarti bahwa Zoroastrianisme tidak mengakui
monoteisme karena Ahura Mazdalah satu-satunya Tuhan yang disembah. Ahura Mazda,
pada saatnya akan mengalahkan kekuatan yang jahat dan berkuasa penuh. Ahriman
dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Meskipun ajaran
Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa
yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa
yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu:
1.
Asha
Vahista, dewa tata tertib dan
kebenaran yang berkuasa atas api
2.
Vohu
Manah, dewa yang digambarkan
sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik
3.
Keshatra
Vairya, yaitu dewa yang
berkuasa atas segala logam
4.
Spenta
Armaity, yaitu dewa yang
berkuasa atas bumi dan tanah
5.
Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa
yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan
KONSEP MENGENAL
PENCIPTAAN
Alam semesta dalam
ajaran Zoroastrianisme berusia 12000 tahun. Setelah masa 12000
tahun berakhir barulah akan terjadi kiamat. Masa 12000 tahun ini terbagi
menjadi beberapa periode:
1.
Periode 3000 tahun
pertama, yaitu masa ketika Ahura Mazda menciptakan alam semesta. Ahriman
kemudian berusaha menyerang dan menghancurkan alam yang diciptakan Ahura Mazda.
Hal ini disebabkan karena kehendak Ahriman adalah menyakiti dan merusak alam
ciptaan.
2.
Periode 3000 tahun
kedua, yaitu periode Ahura Mazda dan Angra Mainyu beradu kekuatan, keduanya
berusaha saling kalah mengalahkan. Dalam peristiwa inilah terjadi terang dan
gelap serta siang dan malam
3.
Periode 3000 tahun
ketiga, yaitu masa ketika nabi Zarathustra lahir dan menerima penglihatan dari
Ahura Mazda. Selanjutnya, penglihatan ini kemudian disebarkannya kepada umat
manusia.
4.
Periode 3000 tahun
terakhir, yaitu masa munculnya seorang Saoshayant setiap
seribu tahun, yang diyakini sebagai penyelamat yang akan memerintah dan
memelihara bumi. Ketiga Saoshayant yang akan datang itu adalah
keturunan Zarathustra yang pada akhirnya akan memimpin manusia untuk melawan
dan menghancurkan Ahriman serta para pengikutnya. Barulah setelah itu
perdamaian dunia akan terwujud.
KONSEP ESKATOLOGI
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
Dalam pemahaman
Zoroastrianisme, setiap orang akan mengalami penghakiman setelah meninggal.
Penganut Zoroaster meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, ia harus dapat
membuktikan dirinya telah melakukan lebih banyak kebaikan daripada kejahatan.
Mereka percaya setiap roh manusia yang telah meninggal harus melewati Jembatan
Cinvat yaitu jembatan yang menuju ke sorga. Jiwa manusia sesudah
meninggal akan tetap tinggal selama tiga hari di dalam tubuhnya dan baru pada
hari ke empat dibawa menuju penghakiman di Jembatan Cinvat.
Setelah berhasil
melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat Ahura
Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah
jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah
jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan
Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka yang penuh api, sebuah tempat
yang suram dan penuh kesedihan. Menurut ajaran Zoroastrianisme, dunia akan
mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang masih hidup
dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat. Pembaruan dunia dan
kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti
KONSEP MENGENAL ETIKA
HIDUP
Dalam pandangannya
mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam
Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang
baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk
memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia
yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat
dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak
orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral
dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut
Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari
Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan
sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan
menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep
pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk
penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan
menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.
RITUS KEMATIAN DALAM
ZOROASTRIANISME
Salah
satu gambar Menara Ketenangan di Bombay.
Zoroastrianisme tidak
mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena
dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus
kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of
Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki,
perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara
kematian adalah sebagai berikut:
1.
Mayat dibiarkan di dalam
sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk
melaksanakan upacara kematian.
2.
Sesudah itu, mayat lalu
dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
3.
Di sana mayat akan
ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar
dimakan oleh burung-burung.
4.
Sisa-sisa tulang
kemudian dibuang ke dalam sumur.
RITUS NAOJOTE
Ritus Naojote merupakan
sebuah ritus yang dijalani oleh anak-anak yang berusia antara tujuh hingga
sepuluh tahun. Istilah Naojote berasal dari kata nao yang
berarti baru dan jote atau zote yang artinya
mempersembahkan doa-doa. Dalam ritus ini, anak-anak laki-laki dan perempuan
diberikan Sadre dan Kusti, pakaian kudus yang
harus dipakai seumur hidup. Setelah mengikuti ritus Naojote,
anak-anak dianggap sudah punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menjalankan
ritus-ritus keagamaan dalam Zoroastrianisme.
TEMPAT IBADAH
Salah satu kuil
Zoroastrianisme di Yazd,Iran
Para penganut
Zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan Kuil Api. Disebut
demikian karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai
lambang kehadiran dewa. Api bukan saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga
sebagai simbol kesucian.
Upacara
Keagamaan Sehari-Hari dan Berbagai Hari Raya
Untuk melangsungkan
upacara keagamaan sehari-hari, penganut Zoroaster tidak diharuskan pergi ke
kuil. Mereka dapat berdoa di mana saja seperti di gunung-gunung, sungai-sungai,
ladang-ladang ataupun di rumah. Mereka dapat menyampaikan nazar, penyesalan
dosa,ungkapan terima kasih, dan sebagainya. Waktu yang dirasakan tepat untuk
melakukan upacara agama sehari-hari adalah di pagi hari. Zoroastrianisme
mempunyai beberapa hari raya atau disebut Gahambars. Perayaan Tahun
Baru (Naw Ruz atau Noruz) merupakan hari raya yang
dirayakan paling meriah. Selain itu, ada juga Festival Seribu Hari (Sada)
yang dirayakan di dekat sungai, Pengenangan akan orang-orang yang telah
meninggal, dan perayaan Ulang Tahun Zoroaster.
KITAB SUCI
Kitab suci orang-orang
penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan sakral yang dikenal dengan
Avesta yang terbagi menjadi empat bagian. Keempat bagian itu terdiri atas:
1.
Kitab Yasna yaitu
kumpulan doa-doa dan aturan-aturan ibadah. Kitab Yasna juga mencakup Ghata
yakni kumpulan puji-pujian yang dipercayai sebagai hasil tulisan dari Zoroaster.
Ghata terdiri dari 17 puji-pujian yang dibuat dalam bentuk puisi yang sulit
diterjemahkan dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu.Puisi ini
menceritakan tentang perjumpaan Zoroaster dengan Tuhan dalam suatu penglihatan.
2.
Kitab Visparat berisi
puji-pujian penuh hormat serta permohonan kepada Tuhan.
3.
Kitab Vivevdat
(Vendidad) yaitu tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ritual
pemurnian.
4.
Kitab Khode
Avesta, yaitu buku kumpulan doa sehari-hari yang di dalamnya juga mencakup Yashts,
kumpulan puji-pujian dan puisi tentang kepahlawanan.
5.
kitab Dasatir berisi
tentang banyak hal ajaran kehidupan.
SEKTE SEKTE DALAM
ZOROASTRIANISME
Terbaginya Zoroastrisme
ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi.
Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda.
Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme:
1.
Kelompok Shenshahi yang
merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
2.
Kelompok Qadimi yang
merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
3.
Kelompok Fasli yang
merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret
PERKEMBANGAN
ZOROASTRIANISME MASA KINI
Zoroastrianisme tidak
menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai
agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka
peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. Sepanjang
abad 20, banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap di Iran dan
India melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme
dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London,New York,Chicago,Boston dan
Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan komunitas-komunitas beragama lain.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nabi Muhammad dalam
Agama Zoroaster (Majusi) Persia
Sementara itu pula di
dalam kitab Dasatir, salah satu kitab suci agama Zoroaster (Zoroastrianism)
yaitu kitab agama orang-orang Persia kuno ada menyebut seperti berikut:
“Bahwa umat Zoroaster ketika mereka membuang agama mereka, mereka menjadi hina
dan lemah, kemudian bangkitlah seorang di Tanah Arab mengalahkan pengikutnya
(pengikut-pengikut Zoroaster) dan orang-orang Persia dan menundukkan pula
orang-orang Persia yang sombong. Setelah dari api dalam kuil-kuil mereka,
mereka mengarahkan pula muka mereka ke arah Ka’bah Ibrahim yang telah
dibersihkan dari berhala-berhala, ketika itu mereka menjadi pengikut-pengikut
untuk Nabi (Muhammad) yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan menguasai
orang-orang Persia, menaklukkan Madain, Tus dan Balkhiaitu tempat suci untuk
orang-orang Zoroaster dan yang bertetangga dengan mereka. Dan Nabi mereka
sesungguhnya adalah bijak berbicara, ia berbicara dengan mukjizat-mukjizat