Kembali
Ashabul kahfi (penghuni-penguni gua) yang dimaksudkan dalam ayat di atas, menurut para ulama’- terdiri dari tujuh orang pemuda Yaitu;
Maksalmina
Tamlikha
Martunus
Bainunus atau Nainunus
Sarbunus
Dzunuanus
Kasyfitatanunus
Bersama mereka seekor anjing ber nama Qitmir mengikuti mereka. Pemuda-pemuda ini beriman kepada Allah di tengah kekufuran kaum dan bangsa mereka. Identitas mereka sebagai pemuda yang beriman diakui oleh Allah dengan firmanNya;
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (al-Kahfi: 13)
Menurut ahli sejarah, kisah ini berlaku pada zaman sebelum kedatangan Islam di satu negeri bernama Afsus yang terletak di Turki (ada pendapat menyatakan di Jordan, dan ada juga mengatakan di Syria). Asalnya penduduk negeri itu beriman kepada Allah dan beribadat mengesakanNya.
Namun keadaan berubah setelah kedatangan seorang raja ber nama Diqyanus. Raja ini menganut pemahaman kepada kufur/berhala dan dia memaksa rakyat di bawah pemerintahannya supaya murtad dari agama Allah yang dibawa Nabi Isa a.s. dan berganti kepada agama kufur/berhala yang dianutnya. Rakyat yang takut dengan ancaman dan siksaan raja itu terpaksa mengikuti dengan apa yang dikatakan oleh raja yang zalim itu. Namun tujuh pemuda beriman tadi tidak mau tunduk dengan tekanan raja kafir itu. Mereka tetap teguh mempertahankan aqidah mereka walaupun menyadari nyawa dan diri mereka mungkin terancam dengan berbuat demikian. Akhirnya mereka dipanggil menghadap raja itu.
Di hadapan raja yang zalim itu, mereka dengan penuh berani dan bersemangat berhujjah mempertahankan iman dan prinsip aqidah Ilahi yang mereka yakini. Allah berfirman menceritakan peristiwa mereka berhujjah;
“Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan raja) lalu mereka berkata (membentangkan hujjah kepada raja): ”Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”. (al-Kahfi: 14-15)
Walaupun tidak mampu menjawab hujjah-hujjah yang mantap dari pemuda-pemuda beriman ini, raja yang kufur dan zalim itu tetap berkeras mau memurtadkan mereka dari agama mereka. Ia memberikan jangka waktu beberapa hari kepada mereka. Jika setelah jangka waktu itu pemuda-pemuda ini tetap berkeras, maka mereka akan dimurtadkan secara paksa atau akan dibunuh. Karena sayangkan aqidah dan agama mereka, pemuda-pemuda ini bermusyawarah sesama mereka untuk mencari keputusan yang muafakat. Apakah tindakan yang seharusnya diambil untuk mempertahankan diri dan juga agama mereka? Akhirnya mereka memutuskan untuk lari bersembunyi dan berlindung di dalam gua di kawasan pedalaman/kampung.
Firman Allah; “Dan oleh karena kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, maka pergilah kamu berlindung di gua itu, supaya Tuhan kamu melimpahkan dari rahmat-Nya kepada kamu dan menyediakan kemudahan-kemudahan untuk kesuksesan urusan kamu dengan memberi bantuan yang berguna”. (al-Kahfi: 16)
Mereka lari ke pedalaman di kawasan pegunungan bernama Nikhayus. Di situ terdapat sebuah gua dan di situlah mereka bersembunyi dan berlindung. Kebetulan semasa perjalanan mereka ke situ mereka telah diikuti oleh seekor anjing bernama ar-raqiim. Maka anjing itu turut bersama-sama dengan mereka berlindung dan menetap di gua itu. Di dalam gua itu mereka diberi ketenangan dan ketenteraman oleh Allah.Allah telah menidurkan mereka dengan pulas dalam gua tersebut.
Firman Allah menceritakan tentang mereka di dalam gua;
“Lalu Kami tidurkan mereka dengan pulasnya di dalam gua itu bertahun-tahun lamanya”. (al-Kahfi: 11).
Allah ingin menzahirkan bukti-bukti kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya melalui peristiwa ini. Maka Allah telah mentakdirkan pemuda-pemuda ini tidur dalam jangka masa yang amat lama yaitu selama 300 tahun lebih 9 tahun (mengikuti perkiraan tahun Masehi) atau 309 tahun (mengikut tahun Hijrah).
“Dan mereka telah tinggal tidur dalam gua mereka selama tiga ratus tahun (dengan perkiraan ahli Kitab), dan lebih sembilan tahun lagi (dengan kiraan kamu) (yakni menjadi 309 tahun)”. (al-Kahfi: 25)
Walaupun mereka tidur amat lama dan tanpa makan dan minum, tetapi dengan kuasa Allah, badan dan jasad mereka tidak hancur dan musnah. Bahkan Allah menyatakan bahwa; jika kita lihat keadaan mereka di dalam gua itu niscaya kita tidak akan percaya bahwa mereka sedang tidur.
“Dan engkau sangka mereka sadar padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri (supaya badan mereka tidak dimakan tanah), sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (al-Kahfi: 18)
Setelah sampai jangka waktu yang ditetapkan Allah (yaitu 300 tahun lebih 9 tahun), mereka dibangunkan. Ketika mereka bangun mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka tidur dalam jangka masa yang amat lama. Mereka menyangka mereka hanya tidur dalam masa sehari atau separuh hari saja.“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari….”. (al-Kahfi: 19)
Setelah bangun dari tidur mereka, mereka terasa lapar. Maka sebagian dari mereka mencadangkan agar pergi seorang wakil untuk ke kota untuk mencari sesuatu untuk di makanan. Akhirnya mereka memilih Tamlikha untuk ke kota Afsus. Kebetulan selama mereka melarikan diri dulu mereka membawa bekal uang perak.
Firman Allah menceritakan tentang sebagian dari mereka itu;
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak kamu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang paling baik (yakni yang bersih dan halal), maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk kamu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kamu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat mu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung untuk selama-lamanya”. (al-Kahfi: 19-20)
Lihatlah betapa bersihnya hati dan akhlak mereka. Walaupun dalam keadaan yang gawat dan susah serta kelaparan, tetapi mereka masih berpesan kepada sahabat mereka yang ditugaskan ke kota mencari makanan itu supaya mencari dan memilih makanan yang bersih dan halal. Ini menandakan bahwa mereka adalah pemuda-pemuda yang bertaqwa kepada Allah. Di dalam al-Quran, Allah memerintahkan kita supaya bertaqwa kepadaNya selama yang kita mampu, walau dalam keadaan bagaimanapun.
FirmanNya; “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu”. (at-Taghabun: 16)
Walaupun Allah menceritakan dalam ayat tadi bahwa pemuda-pemuda amat berhati-hati dan berjaga-jaga agar jangan diketahui orang lain–karena mereka menyangka raja yang memerintah negeri masih raja yang dulu dan kafir kepada Allah, namun Allah telah mentakdirkan supaya berita tentang mereka diketahui oleh hamba-hambaNya yang lain bagi menunjukan kekuasaan dan kehebatanNya. Kebetulan semasa pemuda-pemuda ashabul kahfi ini dibangkitkan Allah setelah tidur 309 tahun lamanya, suasana negeri telah banyak berubah. Raja dan pemerintah negeri merupakan orang yang beriman kepada Allah. Begitu juga dengan kebanyakan rakyatnya.Namun masih terdapat segelintir rakyat dalam negeri itu yang masih ragu-ragu tentang kebenaran kiamat; mereka masih ragu-ragu; bagaimana Allah bisa menghidupkan orang yang telah mati? Apatah lagi yang telah beribu ribu tahun bahkan berjuta tahun lamanya dimakan tanah. Maka bertepatan masanya Allah membangkitkan ashabul kahfi pada zaman tersebut dan membuktikan kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya yang masih ragu-ragu lagi.
“Dan demikianlah Kami ceritakan hal mereka kepada orang banyak supaya mereka mengetahui bahwa janji Allah menghidupkan orang mati adalah benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya”. (al-Kahfi: 21)
Allah menceritakan perihal pemuda-pemuda ashabul kahfi itu selama wakil mereka itu datang ke kota hendak membeli makanan. Ia merasa heran melihat keadaan kota dan penduduknya berubah sama sekali. Penduduk kota pula merasa heran melihat keadaan wakil itu dan mereka semakin yakin apabila mereka melihat uang perak yang dibawanya ialah uang zaman dahulu yang sudah tidak berlaku lagi. Ia dituduh menjumpai harta karun lalu dibawa menghadap raja yang beriman dan mengambil berat hal agama. Setelah mendengar kisahnya, raja dan orang-orangnya berangkat ke gua ashabul kahfi bersama wakil itu, lalu bertemu dengan pemuda-pemuda itu sekalian dan mendengar kisah mereka.
Setelah itu kemudian pemuda-pemuda itu pun dimatikan Allah sesudah memberi ucapan selamat tinggal kepada raja yang beriman itu dan orang-orangnya. Raja merencanakan supaya sebuah masjid didirikan di sisi gua itu. Sementara itu ada yang merencanakan supaya mendirikan sebuah bangunan atau tugu sebagai kenangan.
Hal ini diceritakan Allah dengan firmanNya;
“Setelah itu maka (sebagian dari mereka) berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di sisi (gua) mereka, Allah jualah yang mengetahui akan hal ihwal mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka (yakni pihak raja) pula berkata: “Sesungguhnya kami hendak membina sebuah masjid di sisi gua mereka”. (al-Kahfi: 21)
Ashabul kahfi (penghuni-penguni gua) yang dimaksudkan dalam ayat di atas, menurut para ulama’- terdiri dari tujuh orang pemuda Yaitu;
Maksalmina
Tamlikha
Martunus
Bainunus atau Nainunus
Sarbunus
Dzunuanus
Kasyfitatanunus
Bersama mereka seekor anjing ber nama Qitmir mengikuti mereka. Pemuda-pemuda ini beriman kepada Allah di tengah kekufuran kaum dan bangsa mereka. Identitas mereka sebagai pemuda yang beriman diakui oleh Allah dengan firmanNya;
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (al-Kahfi: 13)
Menurut ahli sejarah, kisah ini berlaku pada zaman sebelum kedatangan Islam di satu negeri bernama Afsus yang terletak di Turki (ada pendapat menyatakan di Jordan, dan ada juga mengatakan di Syria). Asalnya penduduk negeri itu beriman kepada Allah dan beribadat mengesakanNya.
Namun keadaan berubah setelah kedatangan seorang raja ber nama Diqyanus. Raja ini menganut pemahaman kepada kufur/berhala dan dia memaksa rakyat di bawah pemerintahannya supaya murtad dari agama Allah yang dibawa Nabi Isa a.s. dan berganti kepada agama kufur/berhala yang dianutnya. Rakyat yang takut dengan ancaman dan siksaan raja itu terpaksa mengikuti dengan apa yang dikatakan oleh raja yang zalim itu. Namun tujuh pemuda beriman tadi tidak mau tunduk dengan tekanan raja kafir itu. Mereka tetap teguh mempertahankan aqidah mereka walaupun menyadari nyawa dan diri mereka mungkin terancam dengan berbuat demikian. Akhirnya mereka dipanggil menghadap raja itu.
Di hadapan raja yang zalim itu, mereka dengan penuh berani dan bersemangat berhujjah mempertahankan iman dan prinsip aqidah Ilahi yang mereka yakini. Allah berfirman menceritakan peristiwa mereka berhujjah;
“Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan raja) lalu mereka berkata (membentangkan hujjah kepada raja): ”Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”. (al-Kahfi: 14-15)
Walaupun tidak mampu menjawab hujjah-hujjah yang mantap dari pemuda-pemuda beriman ini, raja yang kufur dan zalim itu tetap berkeras mau memurtadkan mereka dari agama mereka. Ia memberikan jangka waktu beberapa hari kepada mereka. Jika setelah jangka waktu itu pemuda-pemuda ini tetap berkeras, maka mereka akan dimurtadkan secara paksa atau akan dibunuh. Karena sayangkan aqidah dan agama mereka, pemuda-pemuda ini bermusyawarah sesama mereka untuk mencari keputusan yang muafakat. Apakah tindakan yang seharusnya diambil untuk mempertahankan diri dan juga agama mereka? Akhirnya mereka memutuskan untuk lari bersembunyi dan berlindung di dalam gua di kawasan pedalaman/kampung.
Firman Allah; “Dan oleh karena kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, maka pergilah kamu berlindung di gua itu, supaya Tuhan kamu melimpahkan dari rahmat-Nya kepada kamu dan menyediakan kemudahan-kemudahan untuk kesuksesan urusan kamu dengan memberi bantuan yang berguna”. (al-Kahfi: 16)
Mereka lari ke pedalaman di kawasan pegunungan bernama Nikhayus. Di situ terdapat sebuah gua dan di situlah mereka bersembunyi dan berlindung. Kebetulan semasa perjalanan mereka ke situ mereka telah diikuti oleh seekor anjing bernama ar-raqiim. Maka anjing itu turut bersama-sama dengan mereka berlindung dan menetap di gua itu. Di dalam gua itu mereka diberi ketenangan dan ketenteraman oleh Allah.Allah telah menidurkan mereka dengan pulas dalam gua tersebut.
Firman Allah menceritakan tentang mereka di dalam gua;
“Lalu Kami tidurkan mereka dengan pulasnya di dalam gua itu bertahun-tahun lamanya”. (al-Kahfi: 11).
Allah ingin menzahirkan bukti-bukti kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya melalui peristiwa ini. Maka Allah telah mentakdirkan pemuda-pemuda ini tidur dalam jangka masa yang amat lama yaitu selama 300 tahun lebih 9 tahun (mengikuti perkiraan tahun Masehi) atau 309 tahun (mengikut tahun Hijrah).
“Dan mereka telah tinggal tidur dalam gua mereka selama tiga ratus tahun (dengan perkiraan ahli Kitab), dan lebih sembilan tahun lagi (dengan kiraan kamu) (yakni menjadi 309 tahun)”. (al-Kahfi: 25)
Walaupun mereka tidur amat lama dan tanpa makan dan minum, tetapi dengan kuasa Allah, badan dan jasad mereka tidak hancur dan musnah. Bahkan Allah menyatakan bahwa; jika kita lihat keadaan mereka di dalam gua itu niscaya kita tidak akan percaya bahwa mereka sedang tidur.
“Dan engkau sangka mereka sadar padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri (supaya badan mereka tidak dimakan tanah), sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (al-Kahfi: 18)
Setelah sampai jangka waktu yang ditetapkan Allah (yaitu 300 tahun lebih 9 tahun), mereka dibangunkan. Ketika mereka bangun mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka tidur dalam jangka masa yang amat lama. Mereka menyangka mereka hanya tidur dalam masa sehari atau separuh hari saja.“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari….”. (al-Kahfi: 19)
Setelah bangun dari tidur mereka, mereka terasa lapar. Maka sebagian dari mereka mencadangkan agar pergi seorang wakil untuk ke kota untuk mencari sesuatu untuk di makanan. Akhirnya mereka memilih Tamlikha untuk ke kota Afsus. Kebetulan selama mereka melarikan diri dulu mereka membawa bekal uang perak.
Firman Allah menceritakan tentang sebagian dari mereka itu;
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak kamu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang paling baik (yakni yang bersih dan halal), maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk kamu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kamu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat mu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung untuk selama-lamanya”. (al-Kahfi: 19-20)
Lihatlah betapa bersihnya hati dan akhlak mereka. Walaupun dalam keadaan yang gawat dan susah serta kelaparan, tetapi mereka masih berpesan kepada sahabat mereka yang ditugaskan ke kota mencari makanan itu supaya mencari dan memilih makanan yang bersih dan halal. Ini menandakan bahwa mereka adalah pemuda-pemuda yang bertaqwa kepada Allah. Di dalam al-Quran, Allah memerintahkan kita supaya bertaqwa kepadaNya selama yang kita mampu, walau dalam keadaan bagaimanapun.
FirmanNya; “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu”. (at-Taghabun: 16)
Walaupun Allah menceritakan dalam ayat tadi bahwa pemuda-pemuda amat berhati-hati dan berjaga-jaga agar jangan diketahui orang lain–karena mereka menyangka raja yang memerintah negeri masih raja yang dulu dan kafir kepada Allah, namun Allah telah mentakdirkan supaya berita tentang mereka diketahui oleh hamba-hambaNya yang lain bagi menunjukan kekuasaan dan kehebatanNya. Kebetulan semasa pemuda-pemuda ashabul kahfi ini dibangkitkan Allah setelah tidur 309 tahun lamanya, suasana negeri telah banyak berubah. Raja dan pemerintah negeri merupakan orang yang beriman kepada Allah. Begitu juga dengan kebanyakan rakyatnya.Namun masih terdapat segelintir rakyat dalam negeri itu yang masih ragu-ragu tentang kebenaran kiamat; mereka masih ragu-ragu; bagaimana Allah bisa menghidupkan orang yang telah mati? Apatah lagi yang telah beribu ribu tahun bahkan berjuta tahun lamanya dimakan tanah. Maka bertepatan masanya Allah membangkitkan ashabul kahfi pada zaman tersebut dan membuktikan kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya yang masih ragu-ragu lagi.
“Dan demikianlah Kami ceritakan hal mereka kepada orang banyak supaya mereka mengetahui bahwa janji Allah menghidupkan orang mati adalah benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya”. (al-Kahfi: 21)
Allah menceritakan perihal pemuda-pemuda ashabul kahfi itu selama wakil mereka itu datang ke kota hendak membeli makanan. Ia merasa heran melihat keadaan kota dan penduduknya berubah sama sekali. Penduduk kota pula merasa heran melihat keadaan wakil itu dan mereka semakin yakin apabila mereka melihat uang perak yang dibawanya ialah uang zaman dahulu yang sudah tidak berlaku lagi. Ia dituduh menjumpai harta karun lalu dibawa menghadap raja yang beriman dan mengambil berat hal agama. Setelah mendengar kisahnya, raja dan orang-orangnya berangkat ke gua ashabul kahfi bersama wakil itu, lalu bertemu dengan pemuda-pemuda itu sekalian dan mendengar kisah mereka.
Setelah itu kemudian pemuda-pemuda itu pun dimatikan Allah sesudah memberi ucapan selamat tinggal kepada raja yang beriman itu dan orang-orangnya. Raja merencanakan supaya sebuah masjid didirikan di sisi gua itu. Sementara itu ada yang merencanakan supaya mendirikan sebuah bangunan atau tugu sebagai kenangan.
Hal ini diceritakan Allah dengan firmanNya;
“Setelah itu maka (sebagian dari mereka) berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di sisi (gua) mereka, Allah jualah yang mengetahui akan hal ihwal mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka (yakni pihak raja) pula berkata: “Sesungguhnya kami hendak membina sebuah masjid di sisi gua mereka”. (al-Kahfi: 21)
Lokasi Gua Ashabul Kahfi terletak kira-kira 7
km dari pusat kota Amman, Jordan. Kawasan ini suatu ketika dahulu dikenali
dengan Ar-Raqim karena terdapat kesan tapak arkeologi yang bernama Khirbet
Ar-Raqim di kawasan tersebut. Perkataan Ar-Raqim juga disebut di dalam Al-Quran
dan Ahli Tafsir menafsirkan Ar-Raqim sebagai nama anjing dan ada yang
menyatakan ia sebagai batu bersurat.
KISAH ASHABUL KAHFI DALAM ALQUR AN
Surat al kahfi
(18) ayat 8 - 26
8. dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan
menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.
9. atau kamu mengira
bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim[872] itu, mereka
Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
10. (ingatlah)
tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka
berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."
11. Maka Kami tutup
telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu[873],
12. kemudian Kami
bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan
itu[874]] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam
gua itu).
13. Kami kisahkan
kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk
mereka petunjuk.
14. dan Kami
meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri[875], lalu mereka pun berkata,
"Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan
Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran".
15. kaum Kami ini
telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). mengapa
mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)?
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?
16. dan apabila kamu
meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, Maka carilah
tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan
kamu[876].
17. dan kamu akan
melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan
bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada
dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah
yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak
akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
18. dan kamu mengira
mereka itu bangun, Padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke
kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh
ketakutan terhadap mereka.
19. dan Demikianlah
Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri.
berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada
(disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di
antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah
Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun.
20. Sesungguhnya jika
mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan
batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya
kamu tidak akan beruntung selama lamanya".
21. dan demikian
(pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui,
bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada
keraguan padanya. ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka[877],
orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka,
Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". orang-orang yang berkuasa
atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami akan mendirikan sebuah
rumah peribadatan di atasnya".
22. nanti (ada orang
yang akan) mengatakan[878] (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat
adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima
orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang
gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang
ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui
jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali
sedikit". karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal
mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang
mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.
23. dan jangan
sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi,
24. kecuali (dengan
menyebut): "Insya Allah"[879]. dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu
lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada
yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
25. dan mereka
tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
26. Katakanlah:
"Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua);
kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang
penglihatan-Nya dan Alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang
pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".
-------------------------------------------------------------------------------------
[872] Raqim: sebagian
ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain mengartikan batu
bersurat.
[873] Maksudnya:
Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (Lihat ayat 25)
sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.
[874] Kedua golongan
itu ialah pemuda-pemuda itu sendiri yang berselisih tentang berapa lamanya
mereka tinggal dalam gua itu.
[875] Maksudnya:
berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri.
[876] Perkataan ini
terjadi antara mereka sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah.
[877] Yang mereka
perselisihkan itu tentang hari kiamat: Apakah itu akan terjadi atau tidak dan
Apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau roh ataukah dengan roh
saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam cerita ini
untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan pembangkitan itu
adalah dengan tubuh dan jiwa.
[878] Yang dimaksud
dengan orang yang akan mengatakan ini ialah orang-orang ahli kitab dan
lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.
[879] Menurut
riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w.
tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu
beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau
tidak mengucapkan insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). tapi kiranya
sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut
dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai
pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut
insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
-------------------------------------------------------------------------------------