Bab Ke-4: Shalat dalam
Selembar Pakaian dengan Cara Menyelimutkannya
Az-Zuhri
berkata mengenai haditsnya, “Orang yang menyelimutkan itu maksudnya ialah
menyilangkan antara kedua ujung pakaiannya pada lehernya dan ini meliputi kedua
pundaknya.”[6]
Ummu
Hani’ berkata, “Nabi Muhammad saw menutupi tubuhnya dengan sehelai pakaian dan
menyilangkan kedua ujungnya pada kedua pundaknya.’”[7]
197.
Umar bin Abu Salamah berkata bahwa dia pernah melihat Nabi Muhammad saw. shalat
dengan mengenakan sehelai pakaian di rumah Ummu Salamah dan beliau menyilangkan
kedua ujungnya pada kedua pundaknya.
198.
Ummu Hani’ binti Abi Thalib r.a. berkata, “Aku pergi ke tempat Rasulullah saw.
pada tahun dibebaskannya Mekah, lalu aku menemui beliau sedang mandi [di
rumahnya, 2/38] dan Fatimah menutupinya, lalu aku memberi salam kepada beliau.
Beliau bertanya, ‘Siapa itu?’ Aku menjawab, ‘Aku, Ummu Hani’ binti Abu Thalib.’
Beliau berkata, ‘Selamat datang, Ummu Hani’.’ Setelah selesai mandi (dan dari
jalan Ibnu Abi Laila: Tidak ada seorang pun yang menginformasikan kepada kami
bahwa dia melihat Rasulullah saw melakukan shalat dhuha selain Ummu Hani’
karena ia menyebutkan bahwa beliau, 5/93) berdiri lalu shalat delapan rakaat
dengan berselimut satu kain. Ketika beliau berpaling (salam/selesai), aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah, putra ibuku [Ali bin Abi Thalib] menduga bahwa dia
membunuh seseorang yang telah aku beri upah, yaitu Fulan bin Huraibah.’
Rasulullah saw bersabda, ‘Kami telah memberi upah orang yang telah kamu beri
upah, wahai Ummu Hani’.’ Ummu Hani’ berkata, ‘Itulah pengorbanan.’”
199.
Abu Hurairah berkata bahwa ada orang yang bertanya kepada Rasulullah saw
tentang shalat dalam satu kain. Rasulullah saw bersabda, “Apakah masing-masing
dari kamu mempunyai dua kain?”
Bab Ke-5: Apabila Seseorang
Shalat dengan Mengenakan Selembar Pakaian, Hendaknya Mengikatkan Pada Lehernya
200.
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Salah seorang di antaramu
janganlah shalat di dalam satu kain yang di bahunya tidak ada apa-apanya.’”
201.
Abu Hurairah berkata, “Aku bersaksi bahwasanya aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, ‘Barangsiapa shalat dengan selembar kain, hendaklah ia mengikatkan
antara kedua ujungnya.’”
Bab Ke-6: Apabila Pakaian
Sempit
202.
Sa’id bin Harits berkata, “Kami bertanya kepada Jabir bin Abdullah perihal
shalat dengan mengenakan selembar pakaian, lalu Jabir berkata, ‘Aku keluar
bersama Nabi Muhammad saw dalam sebagian perjalanan beliau. Pada suatu malam,
aku datang karena suatu urusanku, maka aku mendapatkan beliau sedang shalat dan
aku hanya memakai selembar kain, maka aku melipatnya dan aku shalat di samping
beliau. Setelah beliau selesai, beliau bersabda, ‘Ada apakah engkau pergi
malam-malam, hai Jabir?’ Aku lalu memberitahukan tentang keperluanku. Ketika
aku selesai, beliau bertanya, ‘Lipatan apakah yang aku lihat ini?’ Aku
menjawab, ‘Kain, yakni sempit.’ Beliau bersabda, ‘Jika luas, selimutkanlah, dan
jika sempit, bersarunglah dengannya!’”
203.
Sahl bin Sa’ad berkata, “Orang-orang yang shalat bersama Nabi Muhammad saw
mengikatkan kain mereka [karena sempit, 2/63] pada tengkuk-tengkuk mereka
seperti keadaan anak-anak. Beliau bersabda kepada para wanita, ‘Janganlah kamu
mengangkat kepalamu sehingga orang-orang laki-laki benar-benar duduk.’”
Bab Ke-7: Shalat dengan
Mengenakan Jubah Buatan Syam
Al-Hasan
berkata bahwa tidak apa apa shalat dengan mengenakan pakaian-pakaian yang
ditenun oleh kaum Majusi (yakni para penyembah api).[8]
Ma’mar
berkata, “Aku melihat az-Zuhri memakai pakaian Yaman yang dicelup dengan air
kencing.”[9]
Ali
shalat dengan pakaian baru yang belum dicuci.[10]
204.
Mughirah bin Syu’bah berkata, “Aku bersama Nabi Muhammad saw. [pada suatu
malam, 7/37] dalam suatu perjalanan (dalam satu riwayat: dan aku tidak
mengetahui melainkan dia berkata, ‘dalam Perang Tabuk’, 5/136), [lalu beliau bertanya,
'Apakah engkau membawa air?' Aku jawab, 'Ya.' Beliau lalu turun dari
kendaraannya], kemudian bersabda, ‘Wahai Mughirah, ambillah bejana kecil
(terbuat dari kulit)!’ Aku lalu mengambilnya. Rasulullah saw pergi sehingga
beliau tertutup dariku [pada malam yang gelap gulita], kemudian beliau
menunaikan hajatnya [Beliau lalu datang dan aku temui beliau dengan aku bawakan
air, 3/231], dan beliau mengenakan jubah buatan negeri Syam [dari kulit/wol].
Beliau lalu mengeluarkan tangan dari lengannya, namun sempit, [maka beliau
tidak dapat mengeluarkan kedua lengan beliau darinya]. Beliau lalu mengeluarkan
tangan dari bawahnya dan aku menuangkan atasnya [bejana itu] [ketika beliau
telah selesai menunaikan hajatnya, 1/85]. Beliau lalu berwudhu seperti berwudhu
untuk shalat, [maka beliau berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan
mengeluarkannya kembali, membasuh mukanya] [dan kedua tangannya] (dalam satu
riwayat: kedua lengannya), [kemudian beliau mengusap kepalanya], [lalu aku
menunduk untuk melepaskan khuf beliau, kemudian beliau bersabda, 'Biarkanlah,
karena aku memasukkannya dalam keadaan suci,'] dan beliau mengusap khuf
(semacam sepatu) beliau kemudian shalat”
Bab Ke-8: Tidak Disukai
Telanjang Sewaktu Shalat dan Lainnya
205.
Jabir bin Abdullah r.a. menceritakan bahwasanya Rasulullah saw. memindahkan
batu Ka’bah bersama mereka dan beliau mengenakan kain (sarung). Abbas, paman
beliau, berkata kepada beliau, “Wahai anak saudaraku, bagaimana kalau engkau
lepaskan kain engkau dan engkau kenakan atas kedua bahu karena ada batu.” Jabir
berkata, “Beliau lalu melepaskannya dan mengenakannya di atas kedua bahu
beliau. Beliau lalu jatuh pingsan. Sesudah itu, beliau tidak pernah telanjang.
Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepada beliau dan memberikan
keselamatan.”*1*)
Bab Ke-9: Shalat dengan Baju,
Celana, Celana Tak Berkaki (Selongsongan), dan Pakaian Luar (Mantel dan
Sebagainya)
206.
Abu Hurairah berkata, “Seorang laki-laki pergi ke tempat Nabi Muhammad saw.,
lalu bertanya kepada beliau mengenai shalat dengan mengenakan selembar pakaian
saja. Beliau bersabda, ‘Apakah masing-masing kamu mempunyai dua helai
pakaian?’”
Bertanya
pula seorang laki-laki kepada Umar ibnul Khaththab mengenai shalat dengan
sehelai pakaian juga. Umar berkata, “Kalau Allah memberi kamu kelapangan
(kekayaan), manfaatkanlah kelapangan itu dengan memakai pakaian secukupnya.
Shalatlah dengan memakai sarung dan baju, memakai sarung dan kemeja, celana dan
mantel, celana agak pendek dan kemeja.” Aku kira beliau juga mengatakan, “Boleh
mengenakan kain di bawah lutut dan selendang.”