Dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya

Kembali

      Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali melakukan syirik dan meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri lalu disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan berhala-berhala yang disembah dan menurut adat kepercayaan, mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib kepada manusia itu dan diberinya nama-nama yang silih berganti sesuai kehendak dan selera mereka. Kadang kadang mereka menamakan berhala mereka ” Wadd ” dan ” Suwa ” kadangkala ” Yaguts ” dan jika sudah bosan digantinya dengan nama ” Yatuq ” dan ” Nasr “.

      Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat, kemudian mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam dan melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan.

      Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya, yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh juga memberitahukan kepada mereka bahwa akan ada pahala yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu syurga untuk amalan kebajikan dan neraka untuk segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

      Nabi Nuh dikurniai Allah dengan sifat-sifat yang sesuai dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya dalam melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut sehingga mengetuk hati nurani mereka dan kadang kadang dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka, dan mereka tidak dapat membantahnya atau mematahkannya.

      Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya untuk berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, menurut riwayat tidak lebih jumlahnya sekitar seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh dan mengingkari dakwahnya dan mereka tidak akan meninggalkan agama dan kepercayaannya, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekutuan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.

Mereka berkata kepada Nabi Nuh:
      “Bukankah engkau hanyalah seorang dari kami dan tidak berbeda dari kami sebagai manusia biasa. Jika betul Allah mengutus seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya, Ia akan mengutus seorang malaikat yang segera kami dengar kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah dalam kedudukan sosialnya, seperti para buruh petani orang orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. 

      Pengikut pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya pikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara membabi buta serta tuli tanpa memikirkan dan mempertimbangkan benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. jika agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sebarkan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kami akan lebih dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang suka mengemis dari pengikut pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berpikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang oleh masyarakat sebagai pemimpin pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu, Engkau tidak mempunyai kelebihan dari kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui dari pada kamu tentang hal itu semua.nya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahwa engkau adalah pendusta belaka.”