Kembali
Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Di dalam kitab ad-Durrul Mantsur,
disebutkan “Maka kami katakan, ‘Turunlah kalian … “, dari Ibnu Abbas, yakni:
Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi di sebuah daerah
yang diberi nama “Dujjana”,
yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun
di Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah
disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.
Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu
Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, sementara Hawa di Jeddah.
Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu
Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul (izdalafat) oleh Hawa. Oleh
karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.
Diriwayatkan pula oleh Thabrani
dan Nua’im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari Abu Hurairah, dia
bercerita, Rasulullah saw bersabda: “Adam turun di India.”
Sementara Ibnu Asakir menyebutkan
ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.
Di dalam riwayat Thabrani dari
Abdullah bin Umar disebutkan :
“Ketika Allah menurunkan Adam,
Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian
pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana.” (HR. Thabrani)
Dari riwayat-riwayat secara
global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung
Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu
Batuthah mengatakan: “Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain,
kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah
berada di semenanjung Ceylan”.
Syaikh Abu Abdullah bin Khafif
mengatakan: “Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi
al-Qadam.”