Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak seharusnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan merenovasinya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyadarkan mereka bahwa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi
para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran
dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah
menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah
seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus:
“Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau
anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang
sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu.
Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan
oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah
seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat
kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang
memberimu alasan untuk menggurui dan mengajari kami. Hentikanlah aksimu dan
ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahwa engkau tidak akan dapat
pengikut diantara kami dan bahwa ajaranmu tidak akan mendapat perhatian di
antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat
orang-orang tua kami.”
Berkata Nabi Yunus menjawab: “Aku
hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai
amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang
ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan
menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang
suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia
yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak.
Aku sekali kali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa darimu dan
tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk
mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu
bahwa jika kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap
menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu
yang bathil dan sesat itu, niscaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu
tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab siksa-Nya di atas kamu
sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu yaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud
sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus
dengan tantangan seraya mengatakan: “Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan
tunduk pada perintahmu atau mengikut kemauanmu dan sekali kali kami tidak akan
takut akan segala ancamanmu. Cobalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu
kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai
kami.” Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum
Ninawa yang keras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan
dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya
memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang
membangkang dan keras kepala itu.
Sepeninggal Nabi Yunus penduduk
Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi
Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar
jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah
dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat
keadaan udara disekeliling Ninawa semakin gelap, binatang-binatang peliharaan
mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari
menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan
kecang membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan
, sadarlah mereka bahwa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahwa apa
yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi
ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas
segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah
Nabi Yunus seraya merasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang
menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka keluar
dari kota dan berduyun duyun pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya
menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan
siksaan-Nya. binatang betina peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya
sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya
seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan
tiba menimpa mereka. Allah yang Maha Mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya itu jujur
dalam taubatnya dan rasa penyesalannya dan bahwa mereka memang benar-benar dan
hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari
azab siksa-Nya, setelah itu allah swt menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan
maghfirah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan
bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi
Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan berseri-seri
dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah
orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan
syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati
mereka masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka
yang nyaris melanda mereka: “Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa
kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan
dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel karena sikap kami yang
menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di
tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan
kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang
telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami.”
Adapun tentang keadaan Nabi Yunus
yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki
mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba
berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak
menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut
serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauh nya dan
meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak
dapat bertahan lama, karena sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal
itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan
yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya
berada dalam keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak
dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi
melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap
mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan
dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu
dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus
dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang
mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk
melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi
kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar
lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan
keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi
undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang
menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan
kapal dan para penumpang yang lain. Nabi Yunus yang dengan telitinya
memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahwa keputusan undian itu adalah
kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit
hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sadar pula pada saat itu bahwa
ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh izin dari
Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang
ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah mengheningkan cipta sejenak dan tanpa
ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan
gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang
kelam-pekat.