Setelah
agama islam meluaskan sayapnya kedaerah daerah yang berkebudayaan lama, seperti
Persia, Asia tengah, India, Syiria, Turki, Mesir, Ethiopia dan Afrika Utara,
terjadilah persinggungan dan pergeseran antara agama islam yang masih dalam
bentuk yang sederhana dengan kebudayaan lama yang sudah diolah, berkembang
serta mempunyai kekuatan dan keuletan. Maka sejak waktu itu mulailah kaum
muslimin mempelajari pengetahuan pengetahuan yang dimiliki penganut penganut
kebudayaan tersebut. Karena itu mulailah kaum muslimin mempelajari ilmu logika,
ilmu falsafah, ilmu eksakta, ilmu hukum, ilmu ketabiban, dan sebagainya.
Sehingga dalam beberapa waktu saja telah dapat dimiliki dan dibukukan gaya gaya
bahasa, ilmu keindahan bahasa dan segala hal yang berhubungan dengan ilmu
bahasa. Perubahan ini menimbulkan pula perubahan dalam penyusunan dan pemikiran
tentang kitab kitab tafsir, Ahli ahli tafsir tidak hanya mengutip riwayat dari
sahabat, tabi’it dan tabi’it tabi’ien saja, tetapi telah mulai bekerja,
menyelidiki, meneliti dan membandingkan apa apa yang telah dikerjakan oleh
orang orang dahulu dari mereka. Tidak hanya sampai demikian saja, bahkan para
mufasir telah mulai menafsirkan dari segi gaya bahasa, keindahan bahasa, tata
bahasa, disamping mengolah dan menafsirkan ayat ayat Alqur’an sesuai dengan
pengetahuan pengetahuan yang telah mereka miliki. Karena itu terdapatlah
kitab
kitab tafsir yang dikarang dan ditinjau dari berbagai segi yaitu :
1. Golongan yang meninjau dan
menafsirkan Alqur’an dari segi gaya bahasa dan keindahan bahasa. Yang menyusun secara ini ialah
Az Zamakhsyari dalam tafsirnya Al Kasyasyaaf, kemudian
diikuti oleh Baidhawy.
2. Golongan yang meninjau dan
menafsirkan Alqur’an dari segi tata bahasa, kadang kadang mereka menggunakan syair syair untuk
mengokohkan pendapat mereka, seperti Az Zajjaad dalam tafsirnya: “Ma’aanil qur’an”
, Al Andalusi dalam
tafsirnya “ Al Muhiith.
3. Golongan yang menitik beratkan
pembahasan mereka dari segi kisah kisah dan cerita cerita yang terdahulu
termasuk berita berita dan cerita cerita yang berasal dari orang orang yahudi dan nasara, bahkan kadang kadang
berasal dari kaum zindik yang ingin merusak agama islam. Dalam menghadapi tafsir yang seperti
ini sangat diperlukan penelitian dan pemeriksaan oleh kaum muslimin sendiri. Yang
menafsirkan Alqur’an secara ini yang paling terkenal ialah Ats Tsa’labi. Kemudian Alaauddin bin
Muhammad Al Baghdaadi (wafat 741 H), tafsir Al Khaazin juga termasuk golongan ini.
4. Golongan yang mengutamakan penafsiran ayat ayat yang berhubungan dengan
hukum ,menetapkan hukum hukum fikih,
penafsiran yang seperti ini telah dilakukan oleh Al Qurthuby dengan tafsirnya;”Jami’
Ahkamul Qur’an”, Ibnu Araby dengan tafsirnya;”Akhamul Qur’an”, Al jashashaash dengan tafsirnya;”
Ahkamul Qur’an”, Hasan
shiddiq khan dengan tafsirnya;”Nailul
Maraam”.
5. Golongan yang menafsirkan ayat ayat Alqur’an yang berhubungan dengan
sifat sifat Allah. Ayat ayat itu
seakan akan berlawanan dengan sifat sifat kesucian dan ketinggian Allah. Lalu dengan penafsiran itu teranglah bahwa
ayat ayat itu tidak berlawanan dengan sifat sifat Allah yang sesungguhnya. Penafsir yang
terkenal menafsirkan ayat seperti tersebut diatas ialah Imam Ar Razy (Wafat 610 H ) dengan
tafsirnya ;”Mafaa tihul ghaib”.
6. Golongan yang menitik beratkan penafsirannya kepada Isyarat isyarat
Alqur’an yang berhubungan dengan
ilmu suluk dan Tashawwuf, seperti tafsir At Tasturi susunan Abu Muhammad sahl bin Abdullah At tasturi.
7. Golongan yang hanya memperkatakan lafadz Alqur’an yang gharib ( yang jarang
terpakai dalam perkataan sehari
hari), seperti kitab Mu’jam Gharibil Qur’an Nukilan Muhammad Fuad Abdul Baaqi dari shaheh Bukhari.
Disamping itu masih kita dapati
kitab kita tafsir seperti dari :
1. Aliran Mu’tazilah, banyak sekali,
bahkan ratusan kitab kitab tafsir yang dikarang menurut aliran ini sesuai
dengan dasar dasar pokok aliran Mu’tazilah. Tetapi yang sampai kepada generasi
sekarang amat sedikit sekali jumlahnya, seperti kitab “Majaalisusy Syariif Al
Murtadha. Menurut pendapat sebahagian ahli tafsir kitab Majaalisusy Syariif Al
Murtadha bernafaskan aliran syi’ah Mu’tazilah. Kumpulan tafsir ini sekarang
telah dicetak di Mesir
dengan nama Amali Al Murtadha.
2.
Tafsir Aliran Syi’ah, kaum
syi’ah banyak menghasilkan kitab kitab tafsir. Penafsiran mereka ditujukan
kepada pengagungan Ali dan keturunannya, penghinaan terhadap Abu Bakar, Umar,
Utsman dan sebagainya, mereka berani melakukan ta’wil yang jauh sekali untuk
kepentingan Aliran mereka, seperti sapi betina yang di suruh kaum Musa as.
Menyembelihnya ditafsirkan dengan Aisyah istri nabi Muhammad saw, Jibt dan
thaguut ditafsirkan dengan Muawiyah dan Amr bin Ash dan sebagainya.