Istana Sulaiman berlapis berlian dan emas serta batu-batu berharga lainnya.
Alkisah,
Di dalam dakwahnya,
Nabi Sulaiman mendengar bahwa di
satu negri yang bernama Saba’,
Hiduplah seorang putri yang
cantik jelita, terkenal atas kecerdikannya dan ia adalah Ratu pemimpin negri
itu.
Konon ibunya adalah Putri Raja
Jin dan ayahnya adalah Raja di sebuah negara manusia.
Nabi Sulaiman mengirim surat
kepada Ratu itu,
“Bismillahirrohmanirrohim”
“Ala ta’lu alaya wa’tuni
muslimin”
“Aku Nabi utusan Allah, janganlah
engkau menyembah matahari, melainkan sembahlah Allah yang Maha Kaya dan Maha
pencipta. Kekuasaannya meliputi seluruh makhluk”
Sang Ratu Bulqis tidak gegabah
dalam menanggapi surat dari Raja Sulaiman. Ia juga sudah mendengar kekuasaan
Nabi Sulaiman meliputi semuanya. Hewan dan jin pun tunduk padanya. Kekayaan
kerajaannya mungkin tak ada bandingnya.
Ia memanggil para menterinya,
mengajak mereka berunding.
“Para menteriku, ada Surat dari
Raja Sulaiman. Ia tidak memaksa dan tidak mengancam kita. Ia meminta kita menyembah
pada Tuhan Allah. Tetapi kita tahu, seandainya kita menolak, segala kemungkinan
juga bisa terjadi. Kekuatan perang kerajaan kita tak ada artinya dibanding
kekuatan perang kerajaan Sulaiman. Kekuasaan kita tak ada artinya dibandingkan
dengan kekuasaan Sulaiman.”
Para menteri saling mengeluarkan
pendapat mereka.
Dari sisi sosial mereka
sampaikan,
Dari sisi budaya mereka
sampaikan,
Dari sisi militer mereka
sampaikan,
Dari sisi keyakinan mereka
sampaikan,
Dari sisi politik mereka
sampaikan,
Dari sisi ekonomi mereka
sampaikan,
Akhirnya, Ratu Bulqis sendiri
menyampaikan pendapatnya,
Dari sisi kebenaran,
“Begini, akan kita lihat. Akan
kukirimkan harta yang berlimpah-limpah kepada Raja Sulaiman. Kalau dia memang
seorang utusan Tuhan, dia tidak akan mau menerimanya. Kalau dia seorang raja
biasa, tentulah kiriman harta kita akan dianggap upeti dan akan diterimanya.
Tidak itu saja, kita akan uji. Pembawa kekayaan yang berlimpah itu akan kita
iringi dengan beberapa wanita dan pemuda yang cara pakaian mereka cara berjalan
mereka dan semuanya kita didik, tetapi kita ubah. Yang laki-laki berpakaian
wanita, yang wanita berpakaian laki-laki. Kalau dia memang seorang Nabi,
tentulah tahu mana yang laki-laki sebenarnya dan mana yang bukan”.
Kalau memang Raja Sulaiman itu
seorang Nabi, maka sungguh celaka kalau kita tidak mau mengikutinya. Tapi kalau
ia seorang raja biasa, akan kita perangi”
Para menteri semua setuju,
sepakat.
Begitulah dikirimnya serombongan
orang laki-laki dan perempuan dan disertai harta kekayaan yang berlimpah-limpah
dinaikkan ke baghal (sejenis keledai).
Sampai dihadapan Sulaiman, surat
dari ratu Bulqis dibacanya :
“Yang mulia Raja Sulaiman, ini
adalah separoh kekayaan Bulqis, mohon diterima.
Dan yang kedua, kami ingin
bertanya, dari kumpulan orang-orang yang membawa harta kekayaan ini, manakah
yang laki-laki dan manakah yang perempuan ?”
Nabi Sulaiman menggerakkan
tangannya mengisyaratkan pada prajuritnya agar mengembalikan harta kekayaan
kiriman dari kerajaan Bulqis. Dan yang kedua, dimintanya dua golongan laki dan
perempuan itu untuk mencuci muka mereka.
Inilah yang terlewatkan oleh Ratu
Bulqis. Cara menyiram air ke muka antara wanita dan laki-laki berbeda. Nabi
Sulaiman tersenyum dan kemudian menulis surat lagi.
“Bismillahirrohmanirrohim”
“Aku adalah Nabi Alloh, Alloh
Maha Kaya dan telah mencukupiku dengan harta kekayaan yang berlebih. Biarlah
harta kekayaan kiriman sang Ratu untuk kesejahteraan penduduk kerajaan sang
Ratu. Dan diantara dua golongan yang membawa harta kekayaan ini, yang laki-laki
sesungguhnya adalah orang-orang yang memakai baju perempuan dan yang perempuan
sesungguhya adalah yang memakai baju laki-laki”.
Kemudian dalam surat yang
terpisah, Nabi Sulaiman menulis undangan untuk sang Ratu agar mau berkunjung ke
kerajaan Sulaiman.
Setelah rombongan dari kerajaan
Saba’ berangkat kembali, Raja Sulaiman mengumpulkan seluruh bala-nya, dari
pihak hewan maupun dari pihak jin dan manusia. Salah seorang jin sempat
memberikan info bahwa ratu Bulqis memiliki cacat yaitu betisnya seperti betis
onta.
Nabi Sulaiman tidak berkomentar,
kemudian berkata,
“Wahai para pegawai kerajaan, aku
berkeinginan mengundang Ratu Bulqis ke sini. Siapakah yang sanggup membawakan
singgasananya ke sini dalam waktu yang cepat ?”
Jin ifrit yang memiliki kesaktian
level tertinggi di dunia perjin-an. Rajanya jin berkata,
“Ya Nabi Allah, hamba sanggup
mendatangkan singgasana sang Ratu bahkan sebelum Engkau beranjak dari
singgasana ini”.
Seorang ahli kitab ? berkata,”Aku
sanggup membawa sekarang, bahkan sebelum engkau berkedip”
Demikianlah, sekejap kemudian
singgasana sang Ratu sudah berpindah ke kerajaan Sulaiman
Singgasana tersebut diberi warna
sedikit berbeda. Kemudian diletakkan disuatu tempat yang jalan menuju
singgasana itu dilapisi kaca yang dibawahnya diberi air. Sekilas, seolah
genangan air.
Beberapa waktu berlalu, sang Ratu
Bulqis yang sudah takluk pada kebenaran, sampai di kerajaan Sulaiman. Nabi
Sulaiman bertanya, “tahukah engkau singgasana itu ?”, kata Nabi Sulaiman sambil
menunjukkan tangan ke Singgasana di depan mereka.
“Sepertinya”, jawab sang Ratu.
Tampaklah kecerdikan,
kewaspadaan, dan ketidak teledoran sang Ratu.
Ia tidak menjawab “tidak” sebab
ia merasa itu seperti singgasana miliknya, tetapi ia juga tidak menjawab “ia”
sebab ada sedikit perbedaan dengan singgasana miliknya, yaitu warnanya.Kemudian
Nabi Sulaiman mengajaknya berjalan menuju singgasana itu.
Ketika lewat di atas kaca yang
seperti tampak genangan air, spontan sang ratu mengangkat sedikit kain bajunya
yang dibawah, dan tampaklah betisnya yang indah dan sempurna. Tidak seperti
yang diberitakan oleh jin sebelumnya.
Demikianlah, Nabi Sulaiman timbul
kekaguman pada sang Ratu dan tumbuhlah rasa cinta, demikian pula dengan sang
Ratu yang memang sudah takluk pada sang Nabi.
Beberapa waktu setelah persiapan,
Nabi Sulaiman dan sang Ratu Bulqis dari kerajaan Saba’ melangsungkan
pernikahannya.