Kembali
Umat Islam disuruh mengerjakan solat sunat Istikharah bagi menyelesaikan jalan buntu atau untuk membuat suatu pilihan atau keputusan dalam segala urusan kehidupan. Terdapat beberapa hadis Rasulullah SAW yang menggalakkan solat Istikharah. Di antaranya;
Rasulullah SAW bersabda:
“Di antara kebahagiaan anak Adam ialah Solat Istikharah (minta pilih) daripada Allah Taala dalam segala urusannya dan di antaranya kecelakaan anak Adam ialah meninggalkan solat Istikharah daripada Allah pada segala urusannya.”
la boleh dikerjakan dua rakaat atau sehingga dua belas rakaat (enam salam). Waktunya siang atau malam. Sebaik-baiknya dikerjakan pada waktu sebelum tidur malam. Insya-Allah Tuhan akan menggerakkan hati anda dan memberi petunjuk untuk membuat sesuatu keputusan atau penentuan yang betul.
Cara Solat Istikharah a. Lafaz niatnya:
Daku solat sunat Istikharah dua rakaat kerana Allah Taala.b. Antara surah yang dianjurkan ulama ialah:
Rakaat pertama, bacalah Al-Kafirun (1 kali).
Rakaat ke-dua, dibacakan Al-Ikhlas (1 kali).
Atau;
Rakaat pertama, bacalah ayat Al-Kursi (7 kali).
Rakaat ke-dua, dibacakan Al-Ikhlas (11 kali).
c. Dalam sujud akhir, baca tasbih berikut sebanyak 40 kali:
Maha Suci Dikau yang tiada ilmu bagi kami kecuali apa yang Dikau ajarkan (tunjukkan) kepada kami. Sesungguhnya Dikau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana!
d. Sebelum bangkit dari sujud, mohonlah kepada Allah SWT. dipertunjukkan jalan yang betul dalam membuat keputusan dan pilihan.
e. Selesai memberi salam, bacalah selawat untuk dihadiahkan kepada Rasulullah SAW., para sahabat Baginda, para wali Allah dan seluruh umat Islam.
f. Membaca doa solat sunat Istikharah:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى
Arti Doa Istikharah
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuasaan-Mu (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.
g. Ulangilah doa tersebut sebanyak 3 kali. Dalam berdoa sebaik-baiknya sebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah SWT. misalnya: “Ya Allah! Jika Dikau mengetahui urusan ini..….. (sebutkan perkaranya).”
h. Serahkanlah sepenuh keyakinan kepada Allah SWT. sambil bermohon kepada-Nya agar diberikan petunjuk, sama ada didatangkan melalui mimpi, gerak hati atau dengan dipermudahkan urusan yang mana baik. Tidurlah dalam keadaan berwuduk dan berpakaian bersih.
i. Lakukan solat Istikharah 3 atau 7 hari berturut-turut, mengikut kepentingannya. Insya-Allah akan diberi kecenderungan atau digerakkan hati untuk membuat sesuatu keputusan atau pilihan yang betul.
Solat sunat Istikharah sebaik-baiknya dikerjakan pada waktu malam (qiamullail) bersama-sama solat tahajjud dan solat taubat.
Apabila tidak dapat, boleh dilakukan pada waktu selain waktu tahrim (waktu yang diharamkan solat).
Lakukan solat Istikharah 3 atau 7 hari berturut-turut, mengikut kepentingannya.
InsyaAllah akan diberi kecenderungan atau digerakkan hati untuk membuat sesuatu keputusan atau pilihan yang betul
Tentang shalat jenis ini
ada banyak hadits yang sahih yang menjelaskannya, diantaranya :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُعَلِّمُنَا الاِسْتِخَارَةَ كَمَا
يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ لَنَا « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ
بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ وَلْيَقُلِ
: اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ
بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ
أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ
كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ – يُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ الَّذِى
يُرِيدُ – خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَمَعَادِى وَعَاقِبَةِ
أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى وَبَارِكْ لِى فِيهِ اللَّهُمَّ وَإِنْ
كُنْتَ تَعْلَمُهُ شَرًّا لِى مِثْلَ الأَوَّلِ فَاصْرِفْنِى عَنْهُ وَاصْرِفْهُ
عَنِّى وَاقْدُرْ لِىَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِى بِهِ ».
أَوْ قَالَ « فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ »
Diriwayatkan dari Jabir
bin Abdulah bahwa dia berkata :”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
mengajari kami shalat istikharoh sebagaimana beliau mengajari kami surat dalam
Al Qur’an. Dia berkata kepada kami : “Jika salah seorang kalian gundah dalam
suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua raka’at, selain shalat fardlu, dan
hendaklah dia berkata (sesedahnya) : “Ya Allah, aku meminta petunjuk untuk
memilih yang terbaik dengan ilmu-Mu dan aku meminta kekuatan dengan kekuasaan-Mu
dan aku meminta kepada-Mu dengan karunia-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau
adalah berkuasa dan aku tidak berkuasa. Engkau mengetahui dan aku tidak
mengetahui. Dan Engkau adalah yang benar-benar Maha Mengetahui. Ya Allah, jika
Engkau mengetahui bahwa urusan ini –sambil dia sebutan urusannya tersebut-
adalah baik bagiku untuk agamaku dan kehidupanku serta akhiratku, maka
takdirkanlah dia untukku dan mudahkanlah aku mencapainya serta berkahilah dalam
mengarunginya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa ia jelek bagiku –seperti yang
pertama- (maksudnya bagi duniaku, agamaku dan kahiratku), maka palingkanlah ia
dariku dan palingkanlah aku darinya dan takdirkanlah bagiku kebaikan di manapun
aku berada, kemudian buatlah aku ridla denganna”. Atau dia berkata : baik pada
waktu segera atau dikemudian hari”.
(HR Bukhari, I/392, no. 1109, Abu Dawud,
I/564, no. 1540, Turmudzi, II/333, no. 482, An Nsa’I, X/435, no. 3266. Turmudzi
berkata : “Hadits ini Hasan shahih lagi gharib”. Al Albani berkata : “Hadits
ini shahih”).
Riwayat dari Imam
bukhari terhadap hadits ini cukuplah untuk dijadikan pedoman bahwa hadits
inibenar-benar shahih.
Hadits ini menunjukkan
tentang :
1.
legalitas shalat
istikharah
2.
shalat istikharah tidak
wajib hukumnya, tetapi sunnah
3.
ajaran do’a istikharah,
yaitu yang dicetak tebal. Inilah ajaran terbaik Islam kepada kaum muslimin
ketika dirundung kesulitan untuk memilih antara berbagai macam pilihan.
Praktek shalat inipun
juga masyhur sejak masa sahabat hingga sekarang ini dan tidak ada perbedaan di
kalangan kaum muslimin bahwa shalat ini disunnahkan. Contohnya : seperti yang
dilakukan oleh Zaiban binti Jahsy –umummul mukminin- ketika dilamar untuk
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah diceraikan oleh suaminya Zaid
bin Haritsah. Maka dia melakukan shalat istikharah terlebih dahulu sebelum
menyetujuinya.
Contoh yang paling
fenomenal adalah yang dilakukan oleh Imam Bukhari dalam menulis setiap
haditsnya dalam Ahahih Bukhari. Sebelum menulis satu hadits, maka beliau
bersuci terlebih dahulu dan kemudian shalat istikharah dua raka’at dan berdo’a
seperti hadits yang beliau sendiri riwayatkan itu. Maka jadilah hasilnya, kitab
shahih yang diterima oleh segenap kaum muslimin, kecuali yang sesat.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ
مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ
Diriwayatkan dari Anas
bin Malik bahwa dia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Tidak akan kecele orang yang shalat istikharah, tidak akan menyesal
orang yang bermusyawarah dan tidak akan menjadi miskin orang yang
berhemat (HR Thabrani dalam Al
Mu’jam Al Ausath, VI/365 dan dalam Al Mu’jam Ash Shoghir, II/175).
Hadits ini adalah
dla’if, tetapi karena hadits ini berbicara tentang fadlilah ibadah dan ibadah
yang dijelaskan fadlilahnya jelas legalitasnya, maka hadits seperti dapat
diterima.
Ini adalah semacam
jaminan bagi orang yang melaksanakan istikharah, dia tidak akan menyesal di
kemudian hari. Jika kemudian ada sesuatu yang mengecewakan, maka hendaklah
interospeksi diri dan mencari tahu pada diri sendiri apa sebabnya atau boleh
jadi jika dia memilih sesuatu yang lain, maka penyesalannya justru lebih besa.
Jadi sekalipun dia kecewa, maka kekecewaannya tidak sebesar jika dia memilih
seuatu yang lain yang dulu dia tinggalkan. Ini tentang shalat istikharah.