Kembali
Bab Ke-30: Firman Allah Ta’ala, “Dan, jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” (al-Baqarah: 125)
Bab Ke-30: Firman Allah Ta’ala, “Dan, jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” (al-Baqarah: 125)
222.
Ibnu Abbas r.a. berkata, “Ketika Nabi Muhammad saw masuk di Baitullah, beliau
berdoa dalam seluruh arah-arahnya dan beliau tidak shalat sampai beliau keluar
darinya. Setelah beliau keluar, beliau melakukan shalat dua rakaat di arah
Ka’bah dan bersabda, ‘Inilah kiblat itu.’”
Bab Ke-31: Menghadap ke Arah
Kiblat (Ka’bah) di Mana Pun Berada
Abu
Hurairah r.a. berkata, “Nabi Muhammad saw bersabda, “Menghadaplah ke kiblat dan
bertakbirlah (yakni bertakbiratul ihram untuk memulai shalat).”[30]
223.
Jabir berkata, “Nabi Muhammad saw. shalat di kendaraan beliau ke mana saja
kendaraan itu menghadap. Akan tetapi, apabila beliau akan shalat fardhu, beliau
turun dan menghadap kiblat”
224.
Abdullah berkata, “Nabi saw. shalat [zhuhur dengan mereka, 7/227] [lima rakaat
2/65]. Setelah beliau salam,
dikatakan
kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, telah terjadi sesuatu dalam shalat?’ (Dalam
satu riwayat: ‘Apakah shalat telah ditambah? Dalam riwayat lain: ‘Apakah shalat
telah diringkas atau terlupakan?) Beliau bersabda, ‘Apakah itu?’ Mereka
menjawab, ‘Engkau melakukan shalat lima rakaat.’ Beliau lalu melipatkan kedua
kaki dan menghadap kiblat, lalu sujud dua kali [sesudah salam], kemudian beliau
salam lagi. Ketika beliau menghadapkan muka kepada kami, beliau bersabda,
‘Sesungguhnya, kalau terjadi sesuatu dalam shalat niscaya aku beritahukan
kepadamu. Akan tetapi, aku adalah manusia seperti kamu; aku bisa lupa
sebagaimana kamu lupa. Apabila aku lupa, ingatkanlah. Apabila salah seorang di
antara kamu ragu-ragu dalam shalatnya, condonglah kepada yang benar, lantas
hendaklah ia menyempurnakannya, kemudian mengucapkan salam, kemudian sujud dua kali.’”
Bab Ke-32: Tentang (Menghadap)
Kiblat dan Orang yang Menganggap Tidak Perlu Mengulang Shalat Apabila Seseorang
Lupa dan Shalat dengan Menghadap ke Arah Selain Kiblat
Nabi
Muhammad saw pernah mengucapkan salam setelah melakukan dua rakaat shalat zhuhur
dan menghadapkan wajahnya ke arah orang banyak, kemudian menyempurnakan rakaat
yang masih tertinggal.[31]
225.
Anas berkata bahwa Umar berkata, “Aku mendapatkan persetujuan Tuhanku dalam
tiga hal. Aku (Umar) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita jadikan
maqam Ibrahim sebagai tempat shalat?’ Turunlah ayat, ‘Dan, jadikanlah sebagian
maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.’ Dan, ayat hijab (bertirai) di mana aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau engkau perintahkan istri-istrimu
berhijab karena mereka diajak bercakap-cakap oleh (dalam satu riwayat: engkau
biasa didatangi oleh, 5/ 149) orang yang baik dan orang yang jahat? Turunlah
ayat hijab. Dan, istri-istri Nabi Muhammad saw. bersepakat untuk cemburu kepada
beliau, lalu aku berkata kepada mereka, ‘Jika beliau menceraikan kalian, boleh
jadi Tuhannya akan menggantinya dengan istri-istri yang lebih baik daripada
kalian.’ (Dalam satu riwayat: ‘Dan telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi
Muhammad saw mencela sebagian istrinya. Aku lalu menemui mereka dan berkata,
‘Berhentilah kalian dari perbuatan itu atau Allah akan mengganti bagi Rasul-Nya
istri-istri yang lebih baik daripada kalian,’ hingga aku datang kepada salah
seorang dari mereka. Salah satu istri ini berkata, ‘Hai Umar, apakah pada Rasulullah
itu tidak terdapat sesuatu yang dapat memberi pelajaran atau menyadarkan
istri-istrinya sehingga engkau menasihati mereka?’). Maka, turunlah ayat ini.”
226.
Abdullah bin Umar berkata, “Pada waktu orang-orang sedang melakukan shalat
subuh di Quba’, tiba-tiba mereka didatangi seseorang (untuk menyampaikan
berita). Orang itu berkata, ‘Sesungguhnya, malam tadi telah diturunkan kepada
Rasulullah saw. Al-Qur’an (yakni wahyu). Beliau diperintahkan shalat menghadap
ke Kabah. [Maka ingatlah, menghadaplah kalian ke Kabah! 5/152].’ Mereka lalu
menghadap ke Ka’bah, padahal waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke Syam.
Mereka lalu menghadapkan wajahnya ke Ka’bah.”
Bab Ke-33: Menggaruk Ludah dari
Masjid dengan Tangan
227.
Anas r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw melihat dahak di arah kiblat. Beliau
merasa keberatan terhadap hal itu sehingga tampak di wajah beliau
(ketidaksenangan itu), lalu beliau berdiri, lantas menggaruknya dengan tangan
beliau seraya bersabda, “Sesungguhnya, apabila salah seorang di antaramu
berdiri dalam shalat, sesungguhnya ia sedang bermunajat (bercakap-cakap) dengan
Tuhannya atau Tuhannya itu di antara dia dan kiblatnya. Karena itu, janganlah
salah seorang diantaramu meludah ke arah kiblatnya [dan jangan pula ke arah
kanannya, 1/107], tetapi kesebelah kiri atau di bawah telapak kakinya [yang
kiri, 1/135].” Beliau lalu mengambil ujung selendang beliau dan meludah di
situ. Beliau lalu menggeserkan sebagiannya atas sebagian yang lain, lalu beliau
bersabda, ‘Atau, berbuat seperti ini.’”
228.
Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah saw melihat ludah (dalam satu
riwayat: dahak, 1/183) di dinding masjid pada arah kiblat [ketika beliau akan
mengerjakan shalat di depan orang banyak], lalu beliau menggosoknya [dengan
tangannya, 7/98], lalu menghadap kepada orang banyak (dalam satu riwayat: maka
beliau marah kepada ahli masjid, 2/62), lalu bersabda [setelah selesai],
“Apabila salah seorang di antara kalian sedang shalat, janganlah ia meludah di
depannya karena sesungguhnya Allah itu berada di arah mukanya jika ia sedang
shalat.” [Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, "Apabila salah seorang
dari kamu meludah, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya."]
229.
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw melihat ada ingus, ludah, atau dahak di
dinding masjid, lalu beliau menggosoknya.