Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang dilakukan masyarakat kaumnya, ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sekali mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?.” Nabi Ibrahim menjawab:”Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Allah memperkenankan permohonan
Nabi Ibrahim lalu diperintahkan dia untuk menangkap empat ekor burung lalu
setelah memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu, lalu
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung
yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap
bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah
dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, Nabi Ibrahim diperintah
untuk memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah
jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya
maka datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa
seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya
lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan
mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan
kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu
yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi
Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan
di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada
sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan
hanya kata “Kun” yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang
dikehendaki “Fayakun”.