Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya rosul disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan siksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjuk oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
oleh Nabi Saleh mereka dikenalkan
kepada Tuhan yang seharusnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang
telah menciptakan mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan
tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka,
menciptakan binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan
dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan
kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan
bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan
dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka
bahwa ia adalah seorang dari mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan
keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah
seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan
bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang
akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan
kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan
dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan
kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di
akhirat kelak. Dia berharap kepada kaumnya untuk mempertimbangkan dan
memikirkannya dengan sungguh-sungguh apa yang dia serukan dan dianjurkan agar
mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya
serta beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon
ampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka
lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan
memberi ampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh
mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang
tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak
ditolaknya atas ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:”Wahai
Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, pikiranmu tajam
dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat
tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari
engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang
kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi
panutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.
Akan
tetapi segala harapan itu menjadi musnah dan kepercayaan kami kepadamu sudah
hilang dan hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami?
Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang
kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi
sebagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong
kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh memperingatkan mereka
agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya untuk beriman kepada
Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang
sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksaan dan
azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal
yang serupa itu dapat terjadi kepada mereka jika mereka tidak mau menerima
dakwahnya dan mendengarkan nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan
jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak
mengharapkan atau menuntut upah dari mereka atas usahanya itu. Ia hanya
menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan
memberinya upah dan pahala untuk usahanya memberikan seruan dan tuntutan kepada
mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud
yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah
menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebagian yang
terbesar terutama mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap
bersikeras kepala dan menyombongkan diri dan menolak ajakan Nabi Saleh serta
mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai Saleh! Kami kira engkau
telah dirasuki setan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan
menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan pikiranmu sudah kacau sehingga
engkau tidak sadar dan engkau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk
akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau
telah diutus oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu dari
kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di
antara kami yang lebih baik dan lebih pandai untuk menjadi nabi atau rasul dari
pada engkau. Tujuanmu hanya omong kosong dan kata-katamu hanyalah untuk
mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.
Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan pandai dan mengaku bahwa engkau
tidak mempunyai arah dan tujuan yang tersembunyi dalam dakwahmu itu maka
hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami
dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan tidak
meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami dahulu.
Nabi Saleh menjawab: ” Aku telah
berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun
darimu sebagai balasan atas usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak
mengharapkan upah atau menginginkan pangkat dan kedudukan untuk usahaku ini
yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan dari pada Nya kelak aku
mengharapkan balasan dan pahala untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu
dan mengabaikan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku telah memperoleh
bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu
berharap bahwa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku
kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami
yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika
aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan
aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan tidak berhasil
menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat
menarik orang-orang untuk mengikutinya dan berpihak kepadanya, para pemimpin
dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak mehalang halangi dakwahnya yang makin
lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam
masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.