Allah SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya kiriman kiriman berupa perhiasan-perhiasan syurga.
Sementara itu diperintahkan juga
kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan
Hawa. Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman:
“Segala puji
adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan
adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku.
maka Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan surga
bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan
hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”. Malaikat dan para
bidadari berdatangan.
Setelah akad nikah selesai
berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara
yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut.
Selesai upacara akad nikah, dikirimlah Adam a.s kepada isterinya di istana megah
yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang
disyariatkan Tuhan sejak awal. “Mana maharnya?” tanyanya. Ia menolak
persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Adam a.s bingung
seketika. Lalu dia sadar bahwa untuk menerima hawa haruslah bersedia memberi.
lalu Ia insaf bahwa yang demikian itu harus menjadi kaidah pertama dalam
pergaulan hidup.
Sekarang ia sudah mempunyai
kawan. diantara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima.
Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh
karenanya Adam a.s menyadari bahwa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah
benar.