SUMBER SUMBER TAFSIR PADA PERIODE INI BERSUMBER PADA

Kembali

1. Sabda, perbuatan, Taqrir dan  Jawaban Rosulullah, terhadap soal soal yang dikemukakan para sahabat apabila kurang atau tidak dapat memahami maksud suatu ayat Alqur’an, Tafsiran yang berasal dari rosulullah itu disebut Tafsir “ Manquul”.  Seperti diriwayatkan bahwa rosulullah saw bersabda ; Ashalatul wustha” dalam surat 2 ayat 238 maksudnya ialah Shalat Ashar, Contoh lain; Ali bin abu thalib berkata,”Aku menanyakan kepada rosulullah saw tentang Yaummul Hajjil Akbar” dalam surat 9 ayat 3, rosulullah menjawab ; Yaumun Nahr ( Hari Raya).

   Tafsir yang berasal dari dari sabda, perbuatan, taqrir dan jawaban Rosulullah terhadap soal soal diajukan ini, didapati dalam bentuk hadist yang mempunyai sanad sanad tertentu, sebagaimana halnya hadist, maka sanad ini ada yang soheh, yang hasan, yang dhoif , yang maudhu’ dan sebagainya, begitu pula sering didapat maknanya bertentangan dengan khabar yang mutawatir, bahkan bertentangan dengan akal pikiran, oleh sebab itu apabila ada hadist tafsir ini akan digunakan untuk menafsirkan ayat ayat Alqur’an, perlu diadakan penelitian lebih dahulu, apakah dapat dijadikan hujah apa tidak, apabila berjauhan dari isi dan maksud dari ayat Alqur’an maka perlu dikesampingkan.

2.  Ijtihad.. Diantara para sahabat dan Tabi’in dalam menafsirkan Alqur’an. Disamping menggunakan hadist hadist nabi, juga menggunakan hasil pikiran mereka masing masing; mereka berIjtihad dalam menetapkan maksud suatu ayat hal ini mereka lakukan karena mereka mengetahui tentang hal hal yang berhubungan dengan bahasa arab, tahu tentang sebab sebab suatu ayat  diturunkan, tahu adat istiadat arab jahiliyah dan tentang cerita cerita Israiliyat  dan sebagainya.
    Contoh ; kata “Athuur” dalam surat 2 ayat 63 ditafsirkan dengan tafsiran yang berbeda. Mujahid menafsirkannya dengan “gunung” sedang Ibnu Abbas menafsirkannya dengan “gunung thuur” dan sebagainya. Disamping itu ada pula diantara para sahabat dan tabi’in yang tidak mau menafsirkan Alqur’an menurut Ijtihad mereka, seperti Said bin Musayyab ketika ditanya tentang menafsirkan Alqur’an dengan Ijtihad, beliau menjawab : Saya tidak akan mengatakan sesuatu tentang Alqur’an.

3. Cerita cerita Israiliyat.  Ialah perkabaran yang berasal dari orang orang Yahudi dan Nasara, Kaum muslimin banyak mengambil cerita dari israiliyat ini, sebab nabi Muhammad sendiri pernah berkata : bila dikisahkan kepadamu tentang ahli kitab, janganlah dibenarkan dan jangan pula dianggap dusta” maksudnya ialah supaya kaum muslimin menyelidiki lebih dahulu tentang kebenaran cerita cerita yang dikemukakan oleh ahli kitab,  setelah nyata kebenarannya barulah diambil sebagai pegangan. Seperti
             surat  49  ayat 6 – 7
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
7. dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,